DPAD Yogyakarta

PENGEMBANGAN POTENSI DIRI PUSTAKAWAN MELALUI KETRAMPILAN KOMUNIK

 Opini  20 July 2011  Super Administrator  9641

Pustakawan sebagai individu memiliki potensi diri yang dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan diri ini dapat terlaksana dengan baik apabila mereka mampu menjalin komunikasi yang efektif.
Melalui berbagai media komunikasi, pustakawan dapat mengekspresikan diri, mengaruhi orang lain, menjalin kerjasama, dan meningkatkan potensi diri. Dalam hal ini, pustakawan memiliki peran strategis karena pustakawan bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan informasi. Bidang-bidang ini sangat diperlukan oleh profesi dan fungsional lain.
Pendahuluan
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikan kepada penerima berupa suara, tulisan, atau simbol. Kata komunikasi berasal dari communication (bahasa Inggris), communis, communico, communicare (bahasa Latin) berarti membuat sama/to make common.
Melalui komunikasi yang baik diharapkan mampu memperluas informasi, meningkatkan pengetahuan, melestarikan warisan budaya, dan membangun peradaban.Dengan ketrampilan komunikasi seseorang akan mampu mengembangkan diri secara optimal dalam bidang/karir tertentu.
Pustakawan sebagai orang yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan informasi perlu memiliki dan mengembangkan kemampuan komunikasi. Dengan kemampuan ini pustakawan dapat membentuk diri, menunjukkan eksistensi diri, menjalin jaringan, dan mengekspresikan diri.
Latar Belakang
Perlunya pengembangan ketrampilan komunikasi bagi pustakawan dengan dasar pemikiran bahwa:
1.Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia
Manusia sebagai individu maupun sebagai profesional memerlukan komunikasi satu dengan yang lain. Komunikasi ini untuk menjaga kelangsungan hidup mereka meliputi keselamatan fisik, mengekpresikan diri dan  mengembangkan diri. Dengan adanya komunikasi, manusia dapa berinteraksi satu dengan yang lain yang kemudian terjadi saling tukar penglaman dan saling memengaruhi
2.Membangun diri melalui komunikasi
Dengan kemampuan komunikasi, seseorang akan mampu membangun diri karena mampu memelajari srategi-strategi kehidupan. Kemudian dengan kemampuan ini mereka akan mampu mengatasi situasi dan kondisi yang mereka hadapi dalam meraih cita-cita hidup dan berkarir (Mulyana, 2004: 5)
3.Melalui komunikasi, manusia mengenal lingkungannya
Manusia dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Melalui komunikasi, manusia mengenal dirinya, orang lain, dan lingkungan. Dengan pengenalan dan interaksi yang baik akan terbentuk kultur masyarata yang kuat (Cangara, 1998)
Tujuan
Perlunya peningkatan ketrampilan komunikasi bagi pusatakawan dengan tujuan:
1.Mengembangkan potensi diri
Tiap orang memiliki potensi diri yang kadang dalam pengembangannya belum optimal. Sebenarnya potensi diri apabila dikembangan lebih jauh dapat memberikan pengaruh dan manfaat besar dalam kehidupan ini. Konon Einstein saat itu baru mengembangkan potensi diri 6 % dari potensi dirinya. Ternyata pemikiran-pemikiran Einstein mampu melahirkan teori-teori yang hebat dan banyak diacu para ilmuwan sampai saat ini. Padahal saat itu orang-orang se jamannya hanya mengembangkan potensi dirin mereka  sebanyak 4 % dari potensi mereka.
2.Memengaruhi orang lain
Seseorang tidak akan bisa memengaruhi orang lain apabila tidak memiliki ketrampilan komunikasi. Dengan kepandaian berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, maka seseorang akan mampu memengaruhi orang lain.
Dengan adanya kemampuan memengaruhi ini, akan terjadi perubahan dan pengembangan sumber daya manusia secara optimal menuju masyarakat yang memiliki kecerdasan.
3.Mengembangkan pemikiran
Pemikiran-pemikiran yang cemerlang kiranya tidak membawa perubahan yang signifikan apabila pemikiran itu tidak disampaikan kepada orang lain melalui
komunikasi lisan maupun tulisan. Melalui berbagai media komunikasi, pemikiran dapat disampaikan dan dikembangkan kepada orang lain.
Fungsi Komunikasi Untuk mengembangkan potensi diri, pustakawan perlu memahami fungsi komunikasi dan mampu menjalin jaringan. Dengan adanya kemampuan komuniksi ini, seorang pustakawan akan mampu membangun konsep diri, mengaktualisasikan diri, memeroleh kebahagiaan, dan memumpuk selaturrahim dengan sesama. Untuk itu perlu dipahami fungsi-fungsi komunikasi yakni:
1. Sosial
Perilaku seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang-orang sekitarnya. Orang lain di sekitar kita akan memberikan umpan balik terhadap pembentukan pribadi seseorang. Mereka itu disebut significan others antara lain terdiri dari orang tua, saudara kandung, keluarga dekat, teman dekat, maupun lingkungan kerja. Dalam hal ini George Herbert Mead (1934) dalam Mulyana (2004: 16) menyatakan bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi.
2. Ekspresif
Penyampaian perasaan-perasaan/emosi pada orang lain terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Penyampaian perasaan-perasaan ini merupakan ekspressi diri dapat dilakukan dalam bentuk karya artistik seperti karya sastra (puisi, pantun, drama, dll.), tari-tarian, lukisan, maupun yanyian. Komunikasi ekspresif ini dapat digunakan sebagai protes atas ketidakadilan, kebohongan publik, maupun merupakan tuntutan atas keinginan/cita-cita tertentu.
Para pustakawan dapat menggunakan cara komunikasi ini untuk menyampaikan aspirasi, protes, maupun tuntutan atas ketidak adilan profesi dan pelanggaran etika profesi.
3. Ritual
Komunikasi ini sebenarnya masih erat hubungannya dengan komunikasi ekspresif. Yakni bentuk komunikasi dilakukan dengan melaksanakan ritual seperti pernikahan, mantenan, dan upacara-upacara orang meninggal dunia, dan lainnya. Upacara-upacaraitu sebenarnya merupakan lambang keadaan tertentu yang harus disikapi dengan tindakan dan perilaku selanjutnya. Ibadah melempar jamarat/tugu dalam ibadah haji misalnya sebenarnya melambangkan perang terhadap syetan di luar maupun di dalam diri manusia.
Memerangi syetan ini tidka hanya saat melempar jamarat saja, tetapi setelah melempar itupun harus tetap dilakukan perang terhadap syetan/nafsu syaithaniyah. Maka apabila orang mampu mengalahkan dan mengendalikan nafsu syaithaniyah, ini berarti mereka mampu mengendalikan diri. Pengendalian diri ini merupakan salah satu cara keberhasilan seorang profesional dalam mencapai puncak karir.
4. Instrumental
Komunikasi ini dapat digunakan untuk merealisir tujuan umum seperti; mengejar, menyampaikan informasi, mendorong, dan merubah sikap untuk jangka panjang, komunikasi ini dapat digunakan untuk meraih tujuan tertentu seperti keahlian presentasi, pidato, maupun menulis.
Melalui kemampuan komunikasi lisan dan tulis ini, orang mampu meniti karir puncak. Suatu survei di Amerika Serikat menunjukkan bahwa komunikasi lisan dan tulis menempati urutan pertama dan kedua dari 24 kecakapan terpenting yang memengaruhi keberhasilan dan kesuksesan alumni jurusan bisnis dalam mendapatkan pekerjaan (Mulyana, 2004: 31).
Prinsip Komunikasi
Dalam melaksanakan tugas-tugas kepustakawanan dan meniti karir, mau tidak mau seorang pustakawan harus melakukan komunikasi lisan maupun tertulis.  Agar proses komunikasi itu berlangsung baik, kiranya perlu dipahami prinsip-prinsip komunikasi yakni bahwa komunikasi itu merupakan suatu proses, suatu sistem, dapat disengaja/tidak disengaja, dan bersifat interaksi.
1. Proses
Komunikasi merupakan proses hubungan diantara orang, lingkungan, sikap, status, perasaan, dan lainnya yang terjadi pada waktu tertentu. Kegiatan komunikasi itu terus menerus berlangsung dan tidak mempuyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-rubah.
Dalam hal ini pustakawan selalu berkomunikasi dengan pemustaka terus menerus berganti orang, waktu, dan informasi yang diperlukan. Kondisi ini berjalan terus menerus dari waktu ke waktu selalu berganti pemustaka, informasi yang diperlukan, dan sistem.
2. Sistem
Dalam berkomunikasi diperlukan komponen-komponen antara lain pengirim/penyampai pesan, pesan/message, media, dan penerima. Dalam dunia perpustakaan, pengirim itu dapat terdiri dari pustakawan maupun pemustaka Komunikai ini dapat terjadi secara timbal balik. Pesan dalam hal ini adalah informasi yang diperlukan pemustaka maupun yang disampaikan pustakawan.
Proses saling menyampaikan informasi dan kegiatan-kegiatan terkait inilah merupakan suatu sistem. Apabila terjadi ganguan dalam suatu komponen maka akan terganggu proses komunikasi.
3. Disengaja/tidak disengaja
Komunikasi dapat disengaja atau tidak disengaja. Komunikasi yang disengaja memang komunikasi itu sengaja disampaikan kepada penerima dengan maksud tertentu. Misalnya pemasarakatan peraturan dan tatatertib perpustakaan sebelum memanfaatkan sumber informasi maupun fasilitas perpustakaan. Ada pula komunikasi yang memang tidak disengaja ditujukan kepada orang tertentu. Seperti petugas perpustakaan mematikan lampu pada jam kerja dimaksudkan akan ada perbaikan dan bukan sebagai tanda tutup layanan. Komunikasi ini dapat dipahami keliru oleh pemustaka yang mengira bahwa layanan perpustakaan segera tutup.
Oleh karena itu komunikasi yang ideal adalah bentuk penyampaian pesan kepada pihak lainn yang diinginkan dan dapat diterima dengan baik.
4. Interaksi
Komunikasi sebenarnya merupakan proses interaksi seseorang dengan orang lain, karena dalam proses ini terjadi saling tukar-menukar informasi. Dengan pertukaran informasi itulah sebenarnya mereka itu saling memengaruhi satu pada yang lain. Interaksi informasi yang semakin intens diharapkan terjadi transaksi satu dengan yang lain.
Demikian pula halnya dengan adanya interkasiantara pemustaka dan pustakawan diharapkan adanya transformasi informasi. Pengembangan potensi diri melalui ketrampilan komunikasi/communication skills. Setiap pustakawan memiliki potensi ini yang perlu dikembangkan lebih jauh. Pengembangan diri diri ini antara lain harus memiliki kemampuan komunikasi dan bisa berinteraksi sosial. Yakni hubungan individu dengan individu lain atau dengan kelompok yang dalam proses ini saling memengaruhi. Apabila pustakawan tidak mau berinteraksi sosial, maka pengembangan dirinya akan mengalami keterbatasan. Sebab sepanjang pengembangan diri tidak ada pengaruh dari luar. Kemudian pustakawan itu sendiri tidak mampu menunjukkan eksistensi diri, dan otomatis tidak mampu memengaruhi orang lain. Oleh karena itu dalam pengembangan potensi diri ini, pustakawan perlu memehami model-model komunikasi. Yakni komunikasi dengan diri sendiri/intrapersonal communication, komunikasi antarpribadi/interpersonal communication, komunikasi organisasi/organizational communication, komunikasi publik/public communication, dan komunikasi massa/mass communication.
1. Komunikasi dengan diri sendiri/intrapersonal communication Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang memiliki jasmani dan rohani. Sebagai makhluk rohani, manusia dianugerahi cipta, rasa, dan karsa. Ketiga komponen ini memiliki potensi dan peran dalem pengembangan diri manusia. Dengan daya cipta manusia mampu berpikir, menggunakan akal, dan berimajinasi. Dengan adanya karsa, manusia memiliki dorongan dan motivasi untuk mencapai keinginan dan cita-cita. Dengan daya rasa, manusia bisa menimbang, emnganalisa, memutuskan, dan mencapai keindahan dan kebenaran. Kemampuan komunikasi dengan diri sendiri sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam pengembangan diri. Sebab dalam komunikasi dengan diri ini dapat dikembangkan kreativitas imajinasi, mampu mengendalikan diri, dan mampu meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan (Cangara, 1998: 61)
2. Komunikasi antar pribadi/interpersonal communication Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan komunikasi dengan orang lain secara individu atau kelompok. Bentuk komunikasi ini merupakan kegiatan aktif antar orang, memiliki aturan tertentu, dan diharapkan terjadi umpan balik, serta terjadinya interaksi. Dengan komunikasi ini eksistensi pustakawan akan dikenal dan diakui oleh masyarakat. Apabila pustakawan mengurung diri dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain lisan maupun tertulis, maka lama kelamaan akan terpinggirkan dalam profesi. Kecuali itu, melalui melalui komunikasi ini seorang pustaakwan dapat mengatasi konflik, mengurangi ketidakpastian, dan dapat digunakan sebagai media sharing ilmu perpustakaan dan informasi. Sebab keberhasilan itu terletak pada kebersamaan.
3. Komunikasi organisasi/organizational communication
Pengembangan profesi pustakawan memerlukan organisasi profesi. Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian tugas dan fungsi melalui hierarkhi otoritas dan tanggung jawab (Schein (1982) dalam Muhamamd, 1995: 23).
Pustakawan sebagai profesi berhak membentuk organisasi profesi. Organisasi profesi ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme anggota, menentukan dan mengatur pelaksanaan kode etik profesi, menyalurkan aspirasi anggota dan meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anggota (Lasa Hs., 2008: 313)
Suatu organisasi akan mampu mengembangkan profesi anggotanya apabila terjadinya kelancaran komunikasi dan keterbukaan komunikasi. Dengan kondisi ini masing-masing individu dalam oragnisasi itu akan mudah sharing ilmu pengetahuan, masukan, pengalaman, penemuan, dan informasi kepada yang lain. Dari proses ini akan terjadi iklim saling menguatkan potensi masing-masing dan ini akan memperkokoh organisasi profesi itu. Dengan iklim organisasi yang terbuka, masing-masing anggota dapat mengembangkan diidi dengan ikut berperan serta aktif dalam organisasi itu. Sebab di dalam berorganisasi akan terjadi saling asah, asuh, dan asih dan ini akan membesarkan dan mendewasakan organisasi. Tidak sedikit orang yang muncul ke permukaan melalui penggodogan di suatu organisasi.
4. Komunikasi publik/public communication
    Melalui komunikasi publik ini, pustakawan mampu mengembangkan potensi diri. Sebab melalui pertemuan ilmiah, seminar, workshop, ceramah, bedah buku dan lainnya, seorang pustakawan dapat menyampaikan pikiran dan gagasannya. Melalui media ini sebenarnya seorang profesional secara tidak langsung diuji oleh publik tentang kedalaman pemikiran dan luasnay wawasan mereka. Dari sinilah akan diketahui kemampuan, kapasitas, dan kompetensi seseorang dalam bidang tertentu.
Apabila pustakawan tak pernah muncul di komunikasi publik ini, maka mereka akan dilupakan oleh masyarakat profesi. Oleh karena itu melalui komunikasi publik ini seorang pustakawan akan mampu melejitkan potensi diri.
Manusia sebenarnya memiliki potensi fisik, mental, dan spiritual sebagai anugerah Allh SWT. Potensi itu belum dioptimalkan oleh manusia, maka dalam diri manusia itu sbenarnya terdapat bakat-bakat terpendam. Sekedar contoh adalah Enstein yang otaknya disimpan di Universitas Stanford. Dalam beberapa penelitian konon Einstein ketika masih hidup hanya menggunakan sekitar 6 % dari potensi oteknya bila dibanding dengan orang biasa seusianya yang rata-rata hanya menggunakan 4 % potensi otaknya (Marzuki, 2003: 115)
5. Komunikasi mass/mass communication
Komunikasi massa berperan besar dalam melejitkan seseorang bahkan dapat menjatuhkan seseorang. Media iani memiliki jangkauan yang luas, cepat, dan mampu membentuk pendapat umum/public opinion. Sebab media ini mampu berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, melaklukan sosialisasi, memotivasi, melakukan pendidikan, memberi hiburan, dan memajukan kebudayaan (McBridge, Scan, 1980 dalam Cangan, 1998: 63-64).
Pustakawan dapat mengemukakan pemikiran profesionalknya melalui surat kabar, majalah, tabloid, televisi, maupun radio, dan penulisan buku. Bahkan klegiatan profesional pustakawan dapat disebarluaskan media massa ini. Dari sinilah akan diketahui kualitas dan kapasitas  serta jejak langkah seorang pustakawan oleh masyarakat luas.
Apabila kegiatan profesi dan pemikiran pustakawan tidak pernah diliput atau tidak disiarkan oleh media massa ini, maka profesi dan diri pustakawan itu tidak akan dikenal secara luas. Maka tidak heran apabila profesi ini lamban berkembang dan hanya beberapa orang saja yang dikenal masyarakat. Hal ini antara lain disebabkan ketidakmampuan pustakawan dalam memanfaatkan media massa dalam pengembangan potensi diri.
Penutup
Pengembangan diri dan profesi seorang pustaakwan antara lain didukung oleh kemampuan dan ketrampilan komunikasi. Untuk itu perlu peningkatan ketrampilan dan kemampuan komunikasi paa diri pustaakwan. Sebab melalui keahlian ini, pustakawan mampu menunjukkan jati dirinya, mengembangkan potensi diri, memengaruhi orang lain, dan mengembangkan profesi pustakawan.
Untuk itu, pustakawan harus mampu memehami konsep diri, memahami potensi diri,mengetahui dan memanfaatkan berbagai media komunikasi dalam pengembangan diri dan profesi. Pengambngan diri ini sangat diperlukan untuk juga mengembangkan orang lain dan bidang tertentu.. Disinilah sebenarnya pustakawan berkesempatan dan berpeluang untuk ikut dalam usaah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pemanfaatan sumber-sumber informasi dan media komunikasi.
Daftar pustaka
- Ahmadi, Abu. 1990. Psikologii Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
- Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
- Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publishers.
- Muhammad, Ami. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
- Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Uno, Eddi C.Y; Peter S.J. Chen. 1994. Kebijakan dan Perencanan Komunikasi; Pengalaman Singapura. Jakarta: KLP3ES

Opini Lainnya

ANTARA JOGJA DAN KYOTO ANTARA JOGJA DAN KYOTO
 18 April 2012  4937

Tentu saja bukan sekedar mensejajarkan nama dua kota yang berada di dua negara. Bukan juga untuk membanding-bandingkan secara...

Singapore : The Fine City, Fine Library Singapore : The Fine City, Fine Library
 22 April 2014  5124

Singapore: The Fine city demikian semboyan negara dengan julukan negeri singa itu, dan memang benar, menjejakkan kaki untuk...

From Sister Province to Sister Libraries: Sebuah Kesempatan Kerj From Sister Province to Sister Libraries: Sebuah Kesempatan Kerj
 10 May 2012  4124

Tanggal 25 Oktober 2010 menjadi momen bersejarah bagi Provinsi DIY dan Kyoto Prefecture. Peringatan 25 tahun kerjasama antara...

Koleksi Online BPAD DIY Tahun 2013 Koleksi Online BPAD DIY Tahun 2013
 8 June 2013  3667

Untuk meningkatkan pelayanan informasi kepada pemustaka, BPAD DIY pada tahun 2013 ini melanggan koleksi digital on-line sebanyak 3...