Obyek yang menarik dari Bledug Kuwu ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung antara dua hingga tiga menit dengan diameter ± 650 meter. Secara etimologi, nama Bledug Kuwu berasal dari Bahasa Jawa. Yaitu bledug yang berarti ledakan/ meledak dan kuwu yang diserap dari kata kuwur yang berarti lari/ kabur/ berhamburan
Menurut sejarah asal usul nama Bledug Kuwu, yaitu sebuah kawah lumpur
(bledug) yang berlokasi di Kuwu. Kawah tersebut secara berkala
melepaskan lumpur mineral, dalam bentuk letupan besar (setinggi hingga 2
m). Oleh penduduk setempat, lumpur ini dimanfaatkan mineralnya untuk
pembuatan konsentrat garam, yang disebut bleng dan dipakai dalam
pembuatan kerupuk karak.
Legenda yang beredar turun temurun, Bledug Kuwu terjadi karena
adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan
(Samudera Hindia). Konon lubang itu merupakan jalan pulang Joko Linglung
dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan, setelah mengalahkan
Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut
Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut. Karena dia
bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat, agar dia diakui
sebagai anaknya Raden Ajisaka.