DPAD Yogyakarta

PEMBANGUNAN KRATON YOGYAKARTA

 Artikel Perpustakaan  16 January 2014  Super Administrator  1543  4983

Pembangunan Kraton Yogyakarta diawali dengan adanya Perjanjian Gianti yang ditandatangani pada tanggal  13 Pebruari 1755 di Desa Gianti yang sekarang terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar. Perjanjian in membagi  Matatam menjadi dua, ialah  Surakarta untuk Paku Buwono III dan Yogyakarta diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi   Setelah. Perjanjian Gianti  ditandatangani antara kedua belah pihak, maka Pangeran Mangkubuni secara resmi sebagai raja Keraton Yogyakarta dengan gelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Hingkang Sinuhun Kanjen Suktan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatulah I. Untuk itu sebagai pusat keraton dibukalah Hutan Pabringan,dan pembangunan dimulai tanggal 7 Oktober 1755 M. Hutan Pabringan dipilih karena di tempat ini pernah menjadi kota kecil yang indah di mana ada istana pesanggrahan yang disebut Garjitawati. Pada waktu pemerintahan Paku Buwono II pesanggrahan ini diberi nama Ngayogyaka dan dipergunakan sebagai tempat pemerhentian jenazah para raja yang akan dimakamkan di Imogiri. Untuk mengabadikan tempat itu  , ibukota daerah Sultan Hamengku Buwono I diberi nama Ngayogyakarta, Ngayogyakarta terdiri dari dua  kata, yaitu Yogya dan Karta.Yogya berarti pantas,  terhormat,indah, bermartabat dan mulia. Karta berarti perbuatan, karya, amal. Dengan demikian Yogyakarta berarti tempat indah yang selalu bermartabat dan terhormat

            Soal pemberian nama dan  pemilihan tempat untuk ibukota kerajaan zaman dahulu telah disiapkan secara matang baik lahir maupun batin. Zaman dahulu untuk membangun keraton  bagi raja selalu diawali dengan penyelidikan saksama mengenai letak daerahnya, hawa udaranya , kesuburan daerah, keindahannya, keamanannya baik terhadap bencana alam maupun serangan musuh. Sri SultanHamengku Buwono I terkenal sebagai orang yang pandai dan ahli dalam hal membangun tentu juga telah mengadakan pengamatan lahir batin sebelum memerintahkan membangun Keraton Yogyakarta. Untuk penyelemggaraan pembangunan dan perhelatan pagelaran, alun-alun dan pasar itu mengandung makna simbolis. Demikian juga keberadaan GunungMerapi, keraton dan laut kidul itu mempunyai makna historis.

Artikel Perpustakaan Lainnya

ALFIAH MURIDAN NOTO : TOKOH KONGRES PEREMPUAN INDONESIA I ALFIAH MURIDAN NOTO : TOKOH KONGRES PEREMPUAN INDONESIA I
 15 January 2014  2853

Pada 8 Desember 1906 lahirlah seorang bayi perempuan di rumah keluarga Raden Ngabehi Abdul Kadir di Jalan Tanjung (sekArang Jalan...

Inkubasi Literasi Pustaka Nasional 2021 Inkubasi Literasi Pustaka Nasional 2021
 22 June 2021  2730

Perpustakaan Nasional RI akan mengadakan Inkubator Literasi Pustaka Nasional 2021, denganm tema; “Kearifan Lokal untuk...

Call Paper Daluang, Journal of Library and Information Science Call Paper Daluang, Journal of Library and Information Science
 14 December 2021  2567

Call Paper Daluang, Journal of Library and Information Science Daluang: Journal of Library and Information Secience is published...

GEREJA BINTARAN SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YO GEREJA BINTARAN SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YO
 28 December 2013  2832

Suatu kawasan dapat dinyatakan sebagai kawasan bersejarah karena memiliki citra yang khas. Kekhasan citra tersebut dapat...