Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY) menggelar bedah buku, Kamis (7/6/2018). Buku yang dibedah di Balai Serbaguna Desa Sidomulyo, Dusun Karangasem itu berjudul Membangun Industri Rumah Tangga Menuju Keluarga Sejahtera, buah karya Khairul Amri. Salah satu pembedah, Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, Hamam Muttaqim mengungkapkan, modal utama untuk bisa menjadi pengusaha industri rumah tangga adalah kemauan besar. Sikap lain yang harus dimiliki adalah kesadaran pentingnya adanya perubahan, dalam momen ini ia meminta para peserta yang hadir untuk belajar dari sosok katak. Katak adalah makhluk yang selalu berubah, mulai dari telur, menjadi kecebong hingga berubah menjadi katak.
Seorang pelaku usaha industri rumah tangga, harus bisa berpikir maju, produk yang ia jual bukan hanya bisa dijual kepada tetangga, melainkan juga ke tingkat Rukun Tetangga, Rukun warga hingga ke lingkup lebih luas lagi. "Gelem, gelem, gelem [mau, mau, mau]. Jangan takut bersaing, prinsip industri rumahan itu mau dan berani. Jangan takut hancur," kata dia, Kamis.
Ia menuturkan, ada sejumlah kelebihan dimiliki oleh industri rumah tangga (IRT) yang umumnya datang dari kesenangan atau hobi. Ketika usaha dijalankan dengan penuh kesenangan, maka sesulit apapun akan terus diperjuangkan. Sebuah usaha yang berangkat dari hobi biasanya dapat berkembang menjadi industri menengan dan besar. Hanya saja, ada kelemahan yang perlu disoroti, misalnya penggunaan teknologi tepat guna, khususnya untuk kebutuhan pemasaran produk.
Perwakilan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Koperasi dan UMKM) Kulonprogo, Hasnanto menuturkan, IRT mudah dibangun karena memanfaatkan sumber daya lokal, tidak padat modal, berawal dari hobi dan memanfaatkan informasi teknologi. Ada potensi IRT ini akan muncul menjadi sentra-sentra, seperti misalnya sentra kuliner, sentra kerajinan tangan, busana, industri kreatif. Di Kulonprogo, tercatat ada 33.000 UKM, 90% merupakan usaha mikro. Setelah dipetakan, di dalamnya masih ada mikro miskin produktif, para pengusaha yang menjalankan kegiatannya tidak rutin, hasil usahanya belum seberapa, dan belum banyak membantu membiayai keseharian mereka.
Pemkab memiliki berbagai kebijakan yang mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Mulai dari ajakan Bupati Kulonprogo untuk mengubah gaya hidup masyarakat, meningkatkan kualitas produk, imbauan agar masyarakat meningkatkan kemandirian dan gotong-royong lewat Bela Beli Kulonprogo. Selain itu, hadirnya Perda yang bertujuan melindungi produk lokal Kulonprogo dari luar. Mengingat, dengan adanya perkembangan zaman ada banyak orang yang akan menanamkan modal dan investasinya di Kulonprogo. Pemkab sedang menyusun Perbup yang mengatur perihal kemitraan, salah satunya agar investor menggandeng IRT dan UMKM. Langkah ini untuk melindungi, agar masyarakat di Kulonprogo bukan hanya menjadi penonton perkembangan zaman, melainkan juga menjadi pelaku.
Hal lain yang dilakukan Pemkab kepada IRT dan UMKM adalah mendampingi pelaku usaha dalam pemberdayaan, misalnya mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual, bantuan peralatan, hingga bantuan pengajuan modal pinjaman, baik kepada bank daerah maupun program tanggung jawab sosial perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara. "Bagi pelaku UMKM dan IRT, jangan segan pula untuk menjalin kemitraan dengan pihak yang lebih besar," terangnya.
Kepala Desa Sidomulyo, Kabul berharap, warga Sidomulyo bisa mulai mengusulkan program pelatihan, pemberdayaan dan pelatihan lainnya lewat Musyawarah Dusun yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Setelah itu, usulan bisa disampaikan kepada Pemerintah Desa untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan penganggaran kegiatan. "Di sini sudah ada usaha yang terkenal seperti wingko Susilowati dan geblek Sawah Aking. Silakan merintis usaha lain, bila membutuhkan, bisa berkonsultasi dengan Pemdes, agar bisa diteruskan ke Pemkab," kata dia.
Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan BPAD DIY, Dwi Ambarwati menuturkan, bedah buku yang dilaksanakan BPAD DIY dilakukan untuk mengembangkan perpusatakaan di desa, agar masyarakat lebih dekat dengan buku. Pemda DIY membantu Perpustakaan Desa (Perpusdes) lewat hibah buku ke 438 Perpusdes. "Buku itu kan biasanya ada di toko buku, jauh sekali kalau mau ke sana. Makanya kami mendekatkan," kata dia.
Sebagai upaya mengembangkan minat baca masyarakat, BPAD DIY melaksanakan bedah buku rutin pada 2018 untuk 48 desa. Bedah buku dan pemilihan buku yang dibedah menyesuaikan dengan permintaan dan potensi desa. Misalnya seperti di Sidomulyo yang memiliki banyak UMKM, maka BPAD menghadirkan bedah buku mengenai membangun IRT. "Semoga ini bisa bermanfaat, dengan membaca bisa menjadi karya," tuturnya.
Anggota Komisi D DPRD DIY, Hamam Muttaqim menyatakan, kegiatan bedah buku menyatukan antara editor dan pembaca. Sehingga apa yang tertulis di buku itu bisa diaplikasikan di masyarakat. Terlebih Jogja sebagai kota pendidikan, ingin menjadi motor penggerak tentang aplikasi dunia buku, bagaimana dunia buku itu oleh masyarakat bisa menjadi senang dan mengambil manfaat dari buku.
Perpustakaan Lainnya
Kegiatan bersepeda yang dilakukanoleh Team Gowes BPAD Yogyakarta yang di sponsori oleh Guthos All Ride Adventure.Kegiatan gowes...
KULONPROGO - Warga yang tinggal di dekat kawasan pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA), khususnya Kecamatan...
Selasa, 29 Maret 2016, Grhatama Pustaka menerima kunjungan dari Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI, Drs. Supriyanto...
Rumah Belajar Modern mengadakankegiatan yang berhubungan dengan kreativitas setiap sebulan dua kali. KegiatanRumah Belajar Modern...