DPAD Yogyakarta

KOMPLEK MASJID DAN MAKAM KOTAGEDE YOGYAKARTA

 Artikel Perpustakaan  28 December 2013  Super Administrator  1654  4420

Kotagede merupakan sebuah kota lama dari abad ke-16, sekaligus bekas Ibukota Kerajaan Mataram Islam di zaman Panembahan Senapati. Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Kotagede didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan di atas tanah Mentaok, dan selanjutnya oleh masyarakat Yogyakarta dikenal dengan nama Pasar Gede. Sebagai kawasan kota lama dan pernah mengalami kejayaan sebagai kota besar, Kotagede memiliki beberapa peninggalan, antara lain: masjid beserta makam pendiri kerajaan, reruntuhan bekas bangunan benteng kerajaan, bangunan tradisional, dan berbagai peninggalan budaya lainnya. Ciri khas Kotagede tidak hanya tampak dari kawasan bangunan atau kotanya, namun juga dalam peri kehidupan masyarakatnya. Bidang perdagangan dan industri kerajinan merupakan lahan kehidupan sebagian besar masyarakat Kotagede, khususnya kerajinan perak.

          Kotagede berada di sebelah tenggara Kota Yogyakarta, berjarak kurang lebih 6 kilometer dari Kota Yogyakarta. Memasuki komplek Masjid Kotagede dan makam pendiri kerajaan, terdapat pohon tua serta beberapa bangunan yang mengitarinya, seperti: Wringin Sepuh, Dhondhongan, Gapura Paduraksa, dan Sendang Saliran. Melewati pintu masuk pertama dari jalan besar, di bagian kiri dan kanan jalan masuk terdapat bangsal penerimaan (bangsal pasentulan), yaitu bangunan terbuka tempat para tamu beristirahat. Di sebelah selatan tidak jauh dari bangsal tersebut terdapat pohon beringin tua yang dinamai Wringin Sepuh, yang artinya beringin tua. Nama tersebut diberikan karena konon usia pohon beringin tersebut sudah sangat tua. Bahkan, karena usianya yang sangat tua, pohon beringin tersebut dikeramatkan oleh sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat memiliki kepercayaan bila akan bepergian jauh, memerlukan bekal kekuatan, atau agar selamat sampai ke tujuan, terlebih dahulu mendatangi pohon Wringin Sepuh tersebut. Di bawah pohon Wringin Sepuh yang rindang dan memberi kesejukan tersebut, mereka mencari daun-daun yang berguguran, yaitu satu lembar daun yang jatuh di tanah dalam keadaan telentang, dan satu lembar daun yang jatuh ke tanah dalam keadaan tengkurap.

Artikel Perpustakaan Lainnya

MENGENAL KESENIAN DAN KERAJINAN TRADISIONAL  DI DESA WISATA BRAY MENGENAL KESENIAN DAN KERAJINAN TRADISIONAL DI DESA WISATA BRAY
 7 January 2014  2229

Dusun Brayut merupakan sebuah pedusunan yang berada di wilayah Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah...

Membuat Anak Gila Membaca Membuat Anak Gila Membaca
 15 February 2016  4430

Seperti yang sudah Anda ketahui, membaca bukubukan hanya proses peningkatan intelektual semata. Lebih dari itu, membaca...

BEBERAPA UNGKAPAN TRADISIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BEBERAPA UNGKAPAN TRADISIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
 10 January 2014  3150

Kebudayaan merupakan kompleks nilai-nilai dan gagasan manusia terhadap lingkungannya. Bagaimana manusia beradaptasi dengan...

Dari Perpustakaan Koleksi Cetak menuju ke Perpustakaan Digital dalam Genggaman: Apakah akan ada penggunanya? Dari Perpustakaan Koleksi Cetak menuju ke Perpustakaan Digital dalam Genggaman: Apakah akan ada penggunanya?
 14 September 2022  863

ABSTRAK Tujuan - Saat perpustakaan mengalihkan fokus dari koleksi cetak ke sumber daya digital yang berada di "cloud", hubungan...