OLEH-OLEH DARI JEPANG
Suatu pengalaman ketika ditugaskan ke Kyoto Jepang selama seminggu
Oleh :AlipSudardjo
BAGIAN PERTAMA
Jepang adalah satu Negara di Asia yang sudah maju disbanding dengan Negara-negara lainnya di lingkungan Asia, kemajuan Jepang tidak seketika didapat namun melalui proses yang cukup panjang bahkan melalui masa yang sangat sulit setelah dibom atom dan menyatakan kalah perang dengan sekutu. Sejak dahulu memang orang Jepang dikenal heroic, gigih, disiplin, tekun dan mempunyai semangat tinggi, maka walaupun di bom atom sampai titik nadir semangat untuk bangkit kembali tetap menyala. Buktinya dalam waktu beberapa decade Jepang sudah bangkit kembali menjadi Negara maju di bidang ekonomi dan teknologi, karena sebagai Negara kalah perang tidak boleh mengembangkan dan atau menghimpun kekuatan militernya. Masyarakat Jepang juga dikenal peduli terhadap lingkungannya, bersih, tertib dan teratur serta menghormati sesama, itulah beberapa sisi positif orang Jepang yang bias dicontoh atau menjadi rujukan panutan bagi kita semua. Berikut penulis sampaikan informasi kondisi di Jepang yang saya lihat langsung senyatanya dan kami lengkapi dengan foto-foto pendukung agar pembaca bias enak menyimaknya.
Perjalanan diawali dari bandara Adisutjipto Yogyakarta menuju bandara Ngurah Rai di Bali, kemudian kami serombongan yang dipimpin oleh bapak Dr. Bambang Supriyadi, M.Arch kepala Kopertis Yogyakarta menujuke terminal penerbangan internasional. Kami berangkat dari Bali kurang lebih jam 24.30 malam dengan menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia, pada saat boarding kami diperiksa sangat ketat sekali, semua barang bawaan di cek satu per satu, selanjutnya kami disuruh membuka sepatu serta sabuk di cek dengan seksama, bila mana terdapat barang bawaan berupa cairan dan benda-benda tajam diminta untuk ditinggal atau tidak boleh dibawa. Barulah kami diperkenankan menuju ke pesawat, adapun pesawat yang digunakan untuk penerbangan ke Kyoto menggunakan pesawat berbadan besar (kalau tidak salah jenis Boing 747) dengan susunan kursi per deret 2- 4- 2 atau satu deret terdiri dari 8 (delapan penumpang), penerbangan Denpasar – Kyoto ditempuh dalam waktu 6 (enam ) jam.
Saat cuaca cerah saya sempat mengambil gambar dari jendela disisi tempat duduk saya dengan camera seadanya.
Sesampai kira-kira di atas Filipina pesawat kami melewati lintasan badai cyclone yang cukup kencang, goncangan-goncangannya cukup kencang, hamper semua merasakan pusing dan mual-mual termasuk saya. Bahkan saya sempat mabuk beberapa kali dan seisi perutku keluar semua sampai rasanya lemas sekali dan sudah tidak ingat lagi, barang kali waktu itu aku tertidur atau pingsan aku sendiri tak tahu, pokoknya sudah tidak berdaya sama sekali. Teman-teman yang tahan hantaman badai kemudian menikmati hidangan makan yang dilayani oleh para pramugari, akan tetapi aku tak berani menyentuhnya sebab kondisi betul-betul tidak enak.
Kira-kira pukul 6 (enam) pagi waktu Jepang kami sampai di bandara Kansai, Kyoto, Jepang kemudian setelah di cek serta ambil bagasi dan sebagainya kami sudah dijemput oleh kru bus yang membawa kami ke Hotel Hyatt Kyoto yang berjarak lebih kurang 30-an km dari bandara.
Suasana bandara Kansay di Kyoto Jepang yang lumayan luas dan modern, konon letak bandara ini di atas laut.
Perjalanan dari bandara ke hotel bagaikan mimpi, aku seperti tidak percaya kalau bias melihat Negara Jepang yang selama ini hanya bias saya lihat lewat televise, kami melewati jalan di atas laut dengan pemandangan kanan kiri pabrik atau perusahaan-perusahaan ternama. Sesekali kami lewat tol, kemudian kami perhatikan betul kok lancer tak ada kemacetan sedikit pun sebagaimana jalan-jalan tol di Jakarta, ternyata semua serba otomatis, jadi tidak ambil tiket kemudian nanti membayar dan sebagainya akan tetapi tol sudah ada sensor secara electric, lagi pula kanan kirij alan yang tepiannya curam diberi pengaman berupa rajut kawat besi tingginya kurang lebih 6 (enam) meter sehingga cukup aman bagi kendaraan.
Sesampai di hotel kami istirahat sebentar mandi ganti pakaian dan sebagainya kemudian dilanjutkan makan siang ke restoran menggunakan bus, crew bus cukup ditangani satu orang saja yaitu semua tugas ditangani sendiri mulai mengemudikan, melayani snack, petunjuk jalan dan sebagainya hanya sayangnya dia tidak bias berbahasa Indonesia. Melihat penampilannya Nampak professional pakaian rapi menggunakan dasi dan sesungguhnya cukup ramah, namun karena masing-masing tidak tahu bahasanya jadi agak terkendala soal bahasa. Hari-hari berikutnya kami dipandu guide orang Indonesia yang baru menempuh S2 di Jepang, sehingga cukup terbantu dan komunikasi kami dengan awak bus bias diterjemahkan oleh guide mahasiswa asal Bandung yang sedang menempuh studi di Jepang.
Demikian suasana restoran di Jepang, santai bersih rapi dan nyaman.
Inilah salah satu jenis masakan Jepang yang cukup lezat.
Beberapa jenis makanan Jepang
Suasana makan malam di restoran orang Indonesia di Jepang
Berbagai jenis masakan Jepang
Opini Lainnya
The Collapse of the Petro Dollar by. Hendrikus Franz Josef, M.Si, (International Relations Observer, CEO The Hendrikus ...
The Future of Quantum Computers by. Hendrikus Franz Josef, M.Si, (International Relations Observer, CEO The Hendrikus ...
HUMAN CONSPIRACY ON THE MOON: is this true or not? by: Hendrikus Franz Josef, M.Si\ (International Relations Observer, CEO...
Dalam kurun waktu 24 jam setelah dirilis Windows 8 Consumer Preview telah diunduh satu juta kali. Tentu ini menjadi kabar gembira...