DPAD Yogyakarta

KOMPLEK MASJID DAN MAKAM KOTAGEDE YOGYAKARTA

 Artikel Perpustakaan  28 December 2013  Super Administrator  1660  4457

Kotagede merupakan sebuah kota lama dari abad ke-16, sekaligus bekas Ibukota Kerajaan Mataram Islam di zaman Panembahan Senapati. Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Kotagede didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan di atas tanah Mentaok, dan selanjutnya oleh masyarakat Yogyakarta dikenal dengan nama Pasar Gede. Sebagai kawasan kota lama dan pernah mengalami kejayaan sebagai kota besar, Kotagede memiliki beberapa peninggalan, antara lain: masjid beserta makam pendiri kerajaan, reruntuhan bekas bangunan benteng kerajaan, bangunan tradisional, dan berbagai peninggalan budaya lainnya. Ciri khas Kotagede tidak hanya tampak dari kawasan bangunan atau kotanya, namun juga dalam peri kehidupan masyarakatnya. Bidang perdagangan dan industri kerajinan merupakan lahan kehidupan sebagian besar masyarakat Kotagede, khususnya kerajinan perak.

          Kotagede berada di sebelah tenggara Kota Yogyakarta, berjarak kurang lebih 6 kilometer dari Kota Yogyakarta. Memasuki komplek Masjid Kotagede dan makam pendiri kerajaan, terdapat pohon tua serta beberapa bangunan yang mengitarinya, seperti: Wringin Sepuh, Dhondhongan, Gapura Paduraksa, dan Sendang Saliran. Melewati pintu masuk pertama dari jalan besar, di bagian kiri dan kanan jalan masuk terdapat bangsal penerimaan (bangsal pasentulan), yaitu bangunan terbuka tempat para tamu beristirahat. Di sebelah selatan tidak jauh dari bangsal tersebut terdapat pohon beringin tua yang dinamai Wringin Sepuh, yang artinya beringin tua. Nama tersebut diberikan karena konon usia pohon beringin tersebut sudah sangat tua. Bahkan, karena usianya yang sangat tua, pohon beringin tersebut dikeramatkan oleh sebagian masyarakat. Sebagian masyarakat memiliki kepercayaan bila akan bepergian jauh, memerlukan bekal kekuatan, atau agar selamat sampai ke tujuan, terlebih dahulu mendatangi pohon Wringin Sepuh tersebut. Di bawah pohon Wringin Sepuh yang rindang dan memberi kesejukan tersebut, mereka mencari daun-daun yang berguguran, yaitu satu lembar daun yang jatuh di tanah dalam keadaan telentang, dan satu lembar daun yang jatuh ke tanah dalam keadaan tengkurap.

Artikel Perpustakaan Lainnya

Webinar BI  Nu-Lif  Bank Indonesia Nusantara Library Festival: Rebrending Perpustakaan KPwBI Provinsi Kalimantan Selatan dan Bed Webinar BI Nu-Lif Bank Indonesia Nusantara Library Festival: Rebrending Perpustakaan KPwBI Provinsi Kalimantan Selatan dan Bed
 4 December 2020  1131

Webinar BINu-LifBank Indonesia Nusantara Library Festival: Rebrending Perpustakaan KPwBI Provinsi Kalimantan Selatan dan Bedah...

REKONSTRUKSI NASIONALISME & REGENERASI KEPEMIMPINAN NASIONAL MEN REKONSTRUKSI NASIONALISME & REGENERASI KEPEMIMPINAN NASIONAL MEN
 8 January 2014  3430

Era Globalisasi :Berkat kemajuan iptek, khususnya telekomunikasi, informasi dan transportasi, praktis tidak ada lagi jarak yang...

PERMAINAN RAKYAT : “TIGA JADI” PERMAINAN RAKYAT : “TIGA JADI”
 13 January 2014  3600

Menguatnya arus globalisasi di Indonesia yang membawa pola kehidupan dan hiburan baru, mau tidak mau memberikan dampak tertentu...

GET CLOSER TO PRESERVATION DEPARTMENT, TECHNICAL SERVICE UNIT  ‘GHRATAMA  PUSTAKA” YOGYAKARTA SPECIAL REGION GET CLOSER TO PRESERVATION DEPARTMENT, TECHNICAL SERVICE UNIT ‘GHRATAMA PUSTAKA” YOGYAKARTA SPECIAL REGION
 9 February 2016  2321

GET CLOSER TO PRESERVATION DEPARTMENT TECHNICAL...