Peneliti Institute for Research and Empowerment (IRE) atau lembaga penelitian dan pemberdayaan masyarakat, Sukasmanto menyatakan bahwa peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah untuk menggerakan perekonomian masyarakat di desa. Oleh karena itu, unit usaha BUMDes pun jangan menyaingi usaha yang sudah dilakukan masyarakat.
Demikian disampaikan oleh Sukasmanto dalam bedah buku 'Rancang Bangun Bisnis dan Pengelolaan BUMDes' yang diselenggarakan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY di Balai Desa Canden, Jetis, Bantul, Senin (24/9/2018). Sukasmanto merupakan penulis buku tersebut. Buku yang ditulis Sukasmanto pada 2014 itu merupakan panduan teknis pembentukan BUMDes.
Ia mengatakan dengan adanya Undang-undang Desa memberi keleluasaan desa untuk membentuk usaha-usaha desa. Namun badan usaha yang dibentuk perlu dikelola dengan baik supaya tidak menjadi persoalan di kemudian hari.
Sukamanto menilai masih banyak BUMDes yang berlum berjalan baik karena perencanaannya tidak matang. Menurut dia, BUMDes tidak perlu muluk-muluk dalam mencari produk usahanya, melainkan memanfaatkan potensi yang ada di desa dan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Misalnya, di Desa Canden yang potensinya pertanian, maka potensi tersebut yang berpeluang untuk digarap.
Sebelum membentuk BUMDes, pengelola perlu mencari persoalan yang sering dikeluhkan para petani. Persoalan tersebut, salah satunya adalah soal harga gabah yang tidak stabil, "Maka BUMDes bisa mengambil peran dengan membeli gabah dari petani, kemudian buatlah pengeringan padi, penggilingan, sampai ke pengemaan berasnya, kemudian dijual ke kota," papar Sukasmanto.
Dari keuntungan tersebut, bisa digunakan kembali untuk membantu petani dalam bentuk kredit pupuk sehingga petani tidak lagi memikirkan dalam mengelola lahan dan tanamannya, "Karena pembelinya sudah jelas," ujar dia. Dengan demikian petani diuntungkan dan BUMDes juga mendapat keuntungan dari penjualan beras.
Namun demikian jika usaha tersebut sudah dijalankan oleh masyarakat setempat, maka BUMDes perlu mencari potensi lainnya, misalnya menggarap sisi kuliner tau wisatanya, atau usaha lain yang bisa melibatkan warga sekitar.
Direktur BUMDes Panggungharjo, Eko Pambudi mengatakan dalam memilih unit usaha, BUMDes juga perlu membaca para pengusaha besar yang sudah ada di sekitar desa supaya tidak kalah saing. Jika sudah ada pengusha besar dalam membeli produk pertanian, kata Eko, maka BUMDes bisa memulai dari sisi yang berbeda.
Contohnya tidak semua beras digarap, namun bisa menggarap besar organiknya atau dengan makanan yang menyehatkan. BUMDes bisa bekerjasama dengan petani yang ingin bergabung dengan mementukan syarat. "Tidak boleh gunakan pupuk kimia, gantinya disediakan pupuk organik gratis," kata Eko.
Pengelola BUMDes Panggungharjo dihadirkan dalam diskusi tersebut untuk memotivasi warga Desa Canden, karena BUMDes Panggungharjo, merupkan salah satu dari tiga BUMDes yang dinilai sukses mengembangkan usahanya di Bantul.
Selain Sukasmanto dan Eko Pambudi, narasumber diskusi buku tersebut adalah Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Suwardi; dan Erni Kumurawati, perwakilan dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana , dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPKB-PMD).
Kasubbid Pembinaan dan Pemberdayaan Perpustakaan BPAD DIY, Dewi Ambarwati mengatakan diskusi dan bedah buku di Balai Desa Canden bagian dari upaya mendekatkan sumber informasi kepada masyarakat. Ia berharap dikusi tersebut memotivasi masyarakat untuk mengembangkan usaha di desanya.
Sumber: Harianjogja
Perpustakaan Lainnya
Saat ini, nilai-nilai budaya jawa kiantergerus oleh arus globalisasi. Untuk melestarikan warisan budaya jawa, BPADDIY...
Dinas Perpustakaan dan Arsih Daerah DIY kembalimenggelar acara bedah buku di Balai Desa Nomporejo, Kecamatan Galur...
Selasa 13/01/2016, Pada saat kunjungan instansi dari SMK N 1CIPANASkelas X jurusan AdministrasiPerkantoran selain melakukan...
Jogja (3-03-2016),Bertempat di gedung BPAD DIY Jl. Tentara Rakyar Mataram no. 29 (TRM29) rapatBidang Pengembangan Perpustakaan...