Abstrak
Grhatama Pustaka merupakan nama gedung dari Unit Pelaksana Teknis BalaiLayanan Perpustakaan BPAD DIY yang mempunyai tugas dan fungsi utama memberikan layanan perpustakaan kepada masyarakat. Layanan perputakaan yang diselenggarakan di Grhatma Pustaka dikelola secara profesional dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa layanan yang diselengarakan berdasarkan perubahan paradigma pengguna perpustakaan akibat kemajuan teknologi diantranya yaitu : Self Service Layanan Perpustakaan, Layanan Jogja Library For All, Single Sign On (SSO), I Jogja, Mobile Library (Mlib), Akses Media Sosial, dan Digital offline. Pustakwan sebagai garda terdepan penyelenggaraan layanan perpustakaan di Grhatama Pustaka dituntut untuk memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara pemberi dan penerima layanan perpustakaan. Selain kompetensi bidang teknologi informasi, konsep pelayanan yang berkarakter dan berbudaya juga perlu menjadi perhatian agar dapat terselenggara pelayanan perpustakaan berkearifan budaya lokal yang berorientasi kepada kepuasan pemustaka
Kata Kunci : Layanan Perpustakaan, Grhatama Pustaka,
A. Pendahuluan
Grhatama Pustaka diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 21 Desember 2015 di lahan seluas 2,4 hektar. Salah satu tujuan didirikannya Grhatama Pustaka adalah untuk memberikan alternatif public area yang mengedepankan fungsi keilmuan, pendidikan dan wahana rekreatif. Pembangunan Grhatama Pustaka sangat kental dengan nuansa budaya Jawa dimana filosofi kesempurnaan hidup orang Jawa tercermin dalam desain arsitektur empat minaret yaitu Prakoso, Wulung, Wangi, dan Agung. Drajat tertinggi kesempurnaan hidup orang Jawa tersebut dapat diraih melalui perpustakaan yang menyimpan koleksi berbagai macam pengetahuan.
Nuansa kearifan budaya Jawa dalam desain arsitektur maupun interior Grhatama Pustaka terlihat dengan jelas pada setiap sudut bangunan yang mengaplikasikan ungkapan-ungkapan berbahasa Jawa. “Maca Iku Sawijining Laku, Tumuju Gapuraning Ilmu” ungkapan tersebut terpampang di area lobi Grhatama Pustaka, yang merupakan ungkapan pentingnya membaca untuk meraih kesempurnaan dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kegiatan perpustakan yang diselenggarakan di Grhatama Pustaka juga sangat lekat dengan nuansa budaya Jawa salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan pameran rutin tentang budaya dan sejarah Jawa Khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kearifan budaya dari desain arsitektur menjadi modal dasar untuk menyelenggarakan layanan perpustakaan sebagai wujud usaha pencapaian visi BPAD DIY yaitu “Mewujudkan Masyarakat pembelajar yang Berkarakter dan Berbudaya”. Teknologi informasi tentu saja menjadi aspek penting dalam proses pencapaian visi tersebut. Penyelenggaraan modernisasi layanan harus dilakukan sebagai usaha perpustakaan untuk mengikuti trend generasi pengguna perpustakaan yang melek teknologi, atau biasa dikenal dengan generasi Z. Generasi Z lahir dan dibesarkan di era digital dan sangat familier dengan perangkat teknologi smartphone dan laptop.
Modernisasi layanan perpustakaan ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dan komputer sebagai sebuah sarana peningkatan kualitas layanan. Faktor perkembangan teknologi yang pesat, dan perubahan perilaku pengguna perpustakaan dalam memanfaatkan sumber informasi menjadi sebuah tantangan bagi perpustakan untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada pemustaka. Menurut Mangkunegara (2005), perilaku pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat dipengaruhi lingkungan.
Perilaku pengguna perpustakaan dewasa ini lebih banyak bersinggungan dengan teknologi informasi yang memiliki kecenderungan kepraktisan dalam menggunakan sumber-sumber perpustakaan. Kompetensi pustakawan di era teknologi informasi sangat diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan pengetahuan penggunaan teknologi informasi antara pemakai perpustakaan dan penyedia jasa layanan perpustakaan. Keterampilan dalam memberikan layanan dan kefasihan menggunakan perangkat teknologi harus menjadi kompetensi dasar bagi pustakawan.
Masifnya perkembangan teknologi, hendaknya tidak mengaburkan penyelenggaraan layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudaya. Layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudaya tercermin dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan yang mengedepankan kearifan budaya lokal dan perilaku layanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudaya dapat ditunjukkan dari sikap penyelenggaraan layanan dan juga aktifitas kegiatan perpustakaan.
B. Grhatama Pustaka
Grhatama Pustaka merupakan nama gedung perpustakaan BPAD DIY yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang berarti tempat penyimpanan pustaka. Grhatama pustaka dibangun di area seluas 2,4 Hektar yang beralamat di Jl. Raya Janti, Banguntapan Bantul. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 105 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tatakerja Unit Pelakasana Teknis Balai Layanan Perpustakaan Pada Badan Perpsutakaan dan Arsip Daerah, dinyatakan bahwasannya secara struktur organisasi Grhatama Pustaka adalah Unit Pelaksana Teknis Balai Layanan Perpustakaan Pada Badan Pepustakan dan Arsip Daearh DIY. Struktur organisasi Balai Layanan Perpustakaan BPAD DIY yaitu terdiri dari: 1) Kepala Balai, 2) Subbag Tata Usaha, 3) Seksi Pelayanan Perpustakaan, 4) Seksi Pelestarian Bahan Pustaka, dan 5) Kelompok Jabatan Fungsional.
Bangunan Grhatama pustaka terdiri dari 3 lantai dengan pembagian jenis layanan yaitu : Lantai 1 terdiri dari :Layanan koleksi kanak-kanak, Layanan Ruang bermain Anak, Layanan Ruang musik Anak, Layanan Ruang dongeng Anak, Layanan pemutaran film Bioskop/Cinema 6D. Lantai 2 terdiri dari : Layanan Keanggotaan Perpustakaan, Layanan Bebas Pustaka Layanan Informasi & Customer Service, Layanan Koleksi Braile, Layanan Koleksi umum, Layanan Koleksi Referensi umum. Lantai 3 terdiri dari : Layanan Koleksi digital, Layanan Koleksi langka, kamus & ensiklopedia, Layanan Koleksi majalah & koran, Layanan Koleksi tandon/penyimpanan bahan pustaka, Layanan Koleksi peraturan perundangan, Layanan Koleksi deposit, Layanan Koleksi skripsi, Layanan pemutaran film di Ruang Audio visual. Selain jenis layanan tersebut diatas Grhatama Pustaka juga memiliki fasilitas penunjang kegiatan layanan perpustakaan diantaranya yaitu : Ruang Auditorium berkapasitas 300 orang, Ruang Audiovisual berkapasitas 150 orang, Ruang Diskusi dengan Round Table berkapasitas 100 orang, Coffeshop, Ruang Pamer dan Bookshop, Amphiteater,dan Gazebo-gazebo.
C. Modernitas Layanan Perpustakaan
Kata modern sangat lekat dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. amanat pengimplementasian teknologi informasi dalam pelayanan perpustakaan eksplisit tertuang dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Bab V Pasal 14 point (3) yang menyebutkan bahwa Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Amanat undang-undang tersebut harus dijadikan sebagai sebuah acuan penyelenggaraan layanan perpustakaan dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi informasi.
Modernitas layanan perpustakaan secara harfiah dapat diartikan sebagai penyelenggaraan layanan perpustakaan berbasiskan teknologi informasi dan komputer. Dewasa ini layanan perpustakaan memiliki perubahan paradigma dimana penggunaan teknologi informasi adalah sebuah keniscayaan. Trend pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat juga menjadi faktor pendorong implementasi tekonologi informasi dalam pelayanan perpustakaan.
Perubahan trend penggunaan sumber-sumber informasi di perustakaan menuntut pustakawan untuk memiliki kompetensi personal di bidang teknologi informasi. Shapiro dan Hughes (1996) yang dikutip oleh Pendit (2007) mensyaratkan kemampuan yang harus dimiliki pustakawan di era digitalisasi yaitu :
1. Tool Literacy, yaitu kemampuan memahami dan menggunakan alat teknologi informasi, baik secara konseptual maupun praktikal
2. Resource Literacy, Yaitu kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan informasi terutama dari jaringan informasi yang selalu berkembang
3. Social-Structure LiteracyYaitu pemahaman yang benar bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak dalam masyarakat
4. Research Literacy, Yaitu kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset
5. Publishing Literacy, Yaitu kemampuan menerbitkan informasi dan ide ilmiah dengan memanfaatkan komputer dan jaringan internet
6. Emerging Technology LiteracyYaitu kemampuan terus menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan bersama komunitasnya menentukan arah pemanfaatan teknologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu
7. Critical Literacy, Yaitu, kemampuan mengevaluasi secara kritis terhadap untung ruginya menggunakan teknologi informasi.
Grhatama Pustaka sebagai sebuah unit layanan perpustakaan BPAD DIY dibangun dengan falsafah kearifan budaya, kemudian dikembangkan dengan mengakomodir teknologi informasi di perpustakaan sebagai aspek penting dalam pelayanan perpustakaan. Adapun Layanan perpustakaan yang diselenggarakan berdasarkan teknologi informasi antara lain yiatu :
Self Service Layanan Perpustakaan
Self Service layanan perpustakaan memungkinkan pemustaka untuk menggunakan layanan perpustakaan secara mandiri yang meliputi layanan peminjaman dan layanan pengembalian koleksi bahan pustaka. Layanan ini adalah implementasi dari teknologi RFID (Radio Frequency Identification) yang merupakan teknologi compact wireless untuk mengidentifikasi sebuah objek menggunakan gelombang radio. Kemampuan RFID dalam medeteksi objek pada jarak tertentu (contacless) dan kemampuan medeteksi objek secara simultan memungkinkan pemustaka untuk melakukan transaksi peminjaman dan pengembalian secara mandiri. Selain fungsi peminjaman dan pengembalian mandiri, teknologi RFID juga sangat membantu dalam proses pelayanan perpustakaan seperti, penjajaran buku di rak (shelving), dan fungsi security.
Self service ternyata mampu memberikan sensasi pengalaman yang menggembirakan bagi pemustaka, terutama bagi kalangan pelajar dan masyarakat umum yang belum pernah mengakses perpustakaan dengan teknologi RFID. Selain sebagai peningkatan kualitas layanan, self service juga menjadi pembelajaran bagi masyarakat bahwasannya layanan perpustakaan dapat diselenggarakan secara modern dengan mempertimbangkan kualitas layanan.
Self service yang diselenggarakan merupakan kolaborasi pustakawan dan bagian teknologi informasi, dengan peran pustakawan yaitu : 1) menyusun prosedur/ketentuan layanan mandiri (self service), 2) menyusun pedoman penggunaan layanan self service 3) Melakukan pendidikan pemakai kepada pemustaka dan 4) melakukan monitoring dan evaluasi layanan mandiri (self service)
Layanan Jogja Library For All
Jogja Library for All adalah jaringan kerjasama perpustakaan yang terdiri dari berbagai jenis perpustakaan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertujuan untuk menyediakan akses sumber belajar kepada masyarakat. Jogja Library for All memberikan akses katalog dan digital conntent di 40 perpustakaan di DIY yang terdiri dari perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, dan perpustakaan sekolah.
Penyelenggaraan Jogja Library for All sebagai bentuk kerjasama perpustakaan merupakan usaha perpustakaan untuk memberikan akses informasi kepada pemustaka. Kerjasama perpustakaan memungkinkan terjadinya sharing sumber daya khususnya dalam hal penyediaan kebutuhan informasi. Secara umum bentuk kerjasama perpustakaan Jogja Library for All dikategorikan menjadi dua jenis yaitu kerjasama penyediaan akses sumber informasi melalui web www.jogjalib.com dan penyediaan layanan sumber informasi di perpustakaan unit anggota JLA. Benefit yang didapatkan dari layanan JLA antara lain yaitu : 1) Titik akses penelusuran koleksi buku di 40 perpustakaan dalam satu simpul web jogjalib, 2) Dapat memanfaatakan sumber informasi di 40 perpustakaan anggota JLA dan 3) Mendapatkan potongan biaya untuk akses masuk perpustakaan anggota JLA yang mengenakan tarif biaya penggunaan sumber informasi bagi pengunjung dari luar institusinya.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daearh DIY dalam jaringan kerjasama JLA ditunjuk sebagai koordiator teknis yang mengelola, memfasilitasi dan melaksanakan jaringan kerjasama Jogja Library for All. Sebagai koordinator teknis, BPAD DIY pada tahun ini merencanakan dua kegiatan terkait dengan pengembangan JLA yaitu, Upgrade aplikasi web JLA dan Integrasi E Resource. Dua kegiatan pengembangan JLA dimaksudkan untuk melakukan pembaruan dan penambahan fitur JLA dan Pembaharuan teknik harvesting data menggunakan protokol OAI-PMH (The Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting)
Banyak aktifitas dan kegiatan yang bisa dikontribusikan oleh pustakawan dalam jaringan kerjasama JLA antara lain yaitu : 1) Membuat rencana induk pengembangan JLA yang berisi review singkat JLA beserta rencana jangka pendek, menengah, dan panjang. 2) menjadi tim pengembang yang bertugas sebagai “think tank” pengembangan JLA. 3) Menjadi PIC (Person In Charge) JLA, sebagai garda depan layanan JLA kepada pemustaka. 4)Membuat panduan/pedoman pemanfaatan JLA. dan 5) Mengimplementasikan Inter Library Loan
Single Sign On (SSO)
Single Sign On adalah aplikasi yang memungkinkan pengunjung perpustakaan untuk mengkases beberapa sumberdaya informasi dalam aplikasi yang terkoneksi dengan jaringan perpustakaan dalam satu akun. Teknologi SSO biasanya digunakan pada jaringan multiplatform dan heterogen, sehingga penggunaan satu akun akan sangat bermanfaat bagi pengunjung perpustakaan untuk mendapatkan semua seumberdaya informasi dalam sekali login.
Layanan Single Sign On di Grhatama Pustaka diselenggarakan untuk memberikan authentification bagi pengunjung untuk memanfaatakan beberapa sumber informasi yaitu, data katalog pada aplikasi INLIS, Koleksi Digital pada aplikasi Digital Offline, Koleksi Jurnal yang dilanggan, Koleksi ebook dan akses internet. Dengan layanan SSO ini pengunjung akan mendapatkan satu akun yang bisa digunakan untuk akses internet, penelusuran koleksi buku, penelusuran dan pemanfatan jurnal elektronik, penelusuran dan pemanfaatan koleksi digital offline. Layanan SSO juga merupakan media promosi yang efektif karena setiap pengunjung perpustakaan yang akan mengakses sumber-sumber informasi akan diarahkan pada semacam iklan interstitial yang berisi informasi terkait layanan perpustakaan.
Bagi Pustakawan layanan SSO merupakan media untuk melakukan penyuluhan perpustakaan melalui media elektronik yang menarik. Selain sebagai media penyuluhan perpusdokinfo, layanan SSO juga menjadi peluang bagi pustakawan untuk melakukakan pendidikan pemakai cara menggunakan dan memanfaatkan layanan SSO dengan baik.
ijogja
ijogja merupakan sebuah aplikasi layanan ebook lintas platform (android, IOS, Windows) yang memiliki fungsi perpustakaan secara virtual. Ebook yang dimiliki oleh perpustakaan dapat dipinjam dan dikembalikan oleh pemustaka secara online. Mekanisme peminjaman ebook juga bergantung pada jumlah eksemplar yang dimiliki, sebagai contoh apabila sebuah judul memiliki 10 eksemplar, maka hanya dapat dipinjam oleh 10 orang dalam waktu yang bersamaan, orang ke-11 yang ingin meminjam dimasukkan dalam daftar antrian pinjam. ijogja muncul sebagai bentuk respon dari perubahan pola penggunaan dan pemanfaatan sumber informasi di perpustakaan.
Ibarat pisau bermata dua, ijogja selain membawa benefit dan pengalaman membaca yang luar biasa tetapi juga merupakan tantangan bagi pustakawan untuk tetap menghadirkan pemustaka ke perpustakaan. Cara yang paling efektif adalah dengan menyusun konsep pengembangan perpsutakaan berbasis kegiatan, dimana ruh dari perpustakaan adalah kegiatan literasi, pengembangan skill dan peningkatan pengetahuan.
Mobile Library (Mlib)
Mobile library (Mlib) adalah Aplikasi berbasis android yang digunakan untuk melakukan pencarian koleksi perpustakaan. Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis di Google Play dan selanjutnya digunakan untuk mencari koleksi buku beserta informasi peta lokasi tempat buku tersebut berada. Kemudahan pencarian koleksi merupakan usaha perpustakaan untuk memberikan layanan yang terbaik kepada pemustaka.
Akses Media Sosial
Media sosial dewasa ini menjadi trend komunikasi yang paling digemari oleh masyarakat. Sebagai upaya Grhatama Pustaka untuk mendekatkan diri dengan pemustakanya, membuka ruang komunikasi di media sosial antara lain facebook, tiwitter, dan instagram. Pola komunikasi via media sosial adalah pola komunikasi dua arah dimana pengguna layanan perpustakaan dapat berinteraki secara langsung dengan penyedia jasa layanan perpustakaan. Komunikasi melalui media sosial dianggap efektif karena lebih mudah penggunaannya dan dapat dilihat secara luas oleh masyarakat dalam waktu yang bersamaan. Informasi layanan perpustakaan, informasi event/agenda perpustakaan, informasi koleksi dan buku terbaru merupakan beberapa infromasi yang biasa ditampilkan di media sosial.
Pustakwan era media sosial selain dituntut memiliki kemampuan menggunakan aplikasi sosial media, juga harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Komunikasi melalui media sosial harus mencitrakan dengan baik layanan perpustakaan untuk mengajak pengguna potensial perpustakaan untuk datang berkunjung dan memanfaatkan sumber informasi yang ada di perpustakaan.
Digital offline
Aplikasi digital offline adalah aplikasi berbasis web untuk manajemen pengelolaan koleksi digital berupa ebook, ejournal, dan e news paper. Salah satu tujuan aplikasi ini dibangun antara lain untuk memberikan akses kepada koleks-koleksi langka hasil alih media. Koleksi langka hasil alih media merupakan koleksi bahan pustaka dengan content pengetahuan yang luar biasa. Layanan digital offline dapat dijadikan sebagai materi rujukan oleh pustakawan untuk menyajikan sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka.
D. Layanan Perpustakaan Yang Berkarakter dan Berbudaya
Karakter budaya dalam layanan perpustakan Grhatama Pustaka tercermin dalam desain arsitektur bangunan yang kental dengan falsafah budaya Jawa. Empat minaret yang menjulang, menggambarkan kesempurnaan hidup orang jawa yang terdiri dari Agung, Prakosa, Wulung, Wangi. Bangunan Grhatama Pustaka juga memiliki empat sirip yang diibaratkan sebagai “kitiran” (kincir angin) yang menggambarkan bahwasannya perpustakaan harus dinamis dalam menghdapi setiap perubahan perkembangan zaman. Dari sisi interiornya banyak dihiasi ungkapan-ungkapan filosofi jawa yang memiliki nilai luhur dan kearifan budaya lokal.
Tidak hanya secara fisik bangunan, layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudaya juga dicerminkan pada perilaku pelayanan perpustakaan yang berorientasi kepada pelanggan. Budaya kesopanan merupakan ciri karakter bangsa indonesia yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia, terlebih lagi Pustakawan yang memiliki tugas penyelenggaraan layanan informasi kepada masyarakat. Kesopan-santunan merupakan salah satu karakter pelayanan yang mengedepankan rasa hormat, dan iktikad melayani dengan baik.
Menurut Endang Fatmawati (2013) paramater dari karakter kesopan-santunan dalam memberikan layanan antara lain yaitu :
1. Penuh perhatian (Attentive), Pustakawan mampu berkonsentrasi penuh dan menunjukkan sikap bertindak cepat dalam melayani
2. Penuh pertolongan (Helpful), Pustakwan mampu menyediakan bantuan baik dalam bentuk kemudahan maupun pemberian informasi tanpa pemustaka harus meminta terlebih dahulu
3. Tenggang Rasa (Considerate), Pustakawan dapat menunjukkan ikap empati kepada pemustaka dengan memberi perhatian dan mendengarkan dengan baik masukan, kritikan dan saran dari pemustaka
4. Sopan (Polite), Pustakawan pada saat melayani pemustaka selalu bertingkah laku secara baik dan menyenangkan dengn mengunakan kata-kata yang ramah.
5. Peduli (Respectful), Pustakawan menggunakan panggilan hormat kepada pemustaka dengan cara menyebut nama langsung, dengan diawali sapaan Mas/Mbak, maupun Bapak/Ibu.
Layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudaya di Grhatama Pustaka juga dicitrakan dalam pelaksanaan kegiatan kepustakawanan antara lain yaitu : 1) Pameran perpustakaan dengan tema budaya. Pameran perpustakaan diselenggarakan untuk mengekspose khasanah budaya lokal yang tertuang dalam koleksi perpustakaan. 2) Bedah buku, membedah koleksi koleksi perpustakaan yang memiliki nila budaya agar diketahui oleh masyaarakat dan di gunakan sebagai pengetahuan. 3) Hunting koleksi koleksi budaya, yang bertujuan mendapatkan sumber-sumber informasi tentang kearifan budaya lokal untuk didokumentasikan dan dilayankan kepada masyarakat 4). Alih media, alih huruf dan alih aksara naskah-naskah kuno peninggalan nenek moyang bangsa kita yang memiliki keluhuran budi pekerti dan pengetahuan.
E. Kesimpulan
Grhatama Pustaka merupakan gedung Unit Pelaksana Teknis Balai layanan Perpustakaan BPAD DIY yang dibangun dengan falsafah jawa, dengan harapan dapat mwujudkan misi organisasi yaitu “Mewujudkan Masyarakat Pembelajar Yang Berkarakter dan Berbudaya”. Untuk dapat mewujudkan misi tersebut pengembangan layanan perpustakaan di Grhatama Pustaka harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan amant Undang-Undang No. 43 tahun 2007 untuk mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
Modernisasi penyelenggaraan layanan perpustakaan di Grhatama Pustaka dilakukan dengan mengembangkan jenis-jenis layanan perpustakaan yang berbasis pada teknologi informasi. Jenis layanan tersebut antara lain yaitu Self Service Layanan Perpustakaan, Layanan Jogja Library For All, Single Sign On (SSO), I Jogja, Mobile Library (Mlib), Akses Media Sosial, dan Digital offline. Teknologi informasi berperan sangat penting dalam proses pelaksanaan layanan perpustakaan yang ditawarkan.
Peran central pustakawan dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi harus dijamin dengan kemampuan personal pustakawan yang meliputi : Tool Literacy, Resource Literacy, Social-Structure Literacy, Research Literacy, Publishing Literacy, Emerging Technology Literacy, Critical Literacy. Pustakawan di era tekonologi informasi selalu dituntut untuk dinamis dalam menghadapi setiap perubahan dan tantangan zaman.
Kemegahan fisik dan modernitas layanan perpustakaan yang di sajikan di Grhatama Pustaka harus diimbangi dengan penyajian layanan perpustakaan yang berkarakter dan berbudya. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan mengedepankan nilai budaya kesopanan dalam memberikan layanan yang meliputi sikap Penuh perhatian (Attentive), Penuh pertolongan (Helpful), Tenggang Rasa (Considerate), Sopan (Polite), dan Peduli (Respectful). Sajian kegiatan kepustakawanan dengan tema budaya seperti pameran dan bedah buku, dilaksanakan untuk menghadirkan pengalaman kepada pemustaka cara menikmati kearifan budaya melalui koleksi perpustakaan.
Daftar Pustaka
Achmad, dkk. 2012. Layanan Cinta : Perwujudan Layanan Prima Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto
Fatmawati, Endang. 2013 . Mata Baru Penelitan Perpustakan Dari Servqual ke Libqual ™. Jakarta : Sagung Seto
Ikatan Pustakawan Indonesia Jakarta. (2010). Peran IPI Dalam Meningkatkan Kompetensi Pustakawn Menuju Sertifikasi. Jakarta : Sagung Seto
Ikatan Pustakawan Indonesia. 2011. Sertifikasi Profesi Pustakawan Indonesia. Editor. Kosam Rimbarawa, MLS, dkk. Jakarta : Sagung Seto
Mangkunegara, A.A. A.P. 2005. Perilaku Konsumen. Bandung: Refika Aditama
Makmur, Testiani. (2015). Budaya Kerja Pustakawan di Era Digitalisasi : Perspektif Organisasi, Relasi dan Individu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Peraturan Gubernur DIY No. 105 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tatakerja Unit Pelakasana Teknis Balai Layanan Perpustakaan Pada Badan Perpsutakaan dan Arsip Daerah, dinyatakan bahwasannya secara struktur organisasi Grhatama Pustaka adalah Unit Pelaksana Teknis Balai Layanan Perpustakaan Pada Badan Pepustakan dan Arsip Daearh DIY. Yogyakarta.
Perpustakaan Nasional RI. (2007). Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpustakan Nasional RI
Perpustakaan Lainnya
http://www.harianjogja.com/baca/2017/02/10/bedah-buku-sarinah-dan-peran-perempuan-indonesia-791740Rabu (8-02-2017), Saya namakan...
Perpustakaan MAN 2 Yogyakarta mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta pada Lomba Perpustakaan Sekolah SMA/SMK/MA Tingkat Nasional...
Librarian in the Global Village Community Writer: Hendrikus Franz Josef, M.Si Regional Library and...
Oleh:Mr. C. van VOLLENHOVENPenterjemah:Hendrikus Franz Josef, M.Si(Pustakawah Ahli-Muda)2CATATAN TAMBAHAN PADA LAPORAN TANGGAL...