Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memudahkan setiap individu untuk menghasilkan informasi. Setiap individu dapat mencipta, mengakses, menggunakan dan membagikan informasi dan pengetahuan. Ragam informasi dan pengetahuan juga turut berkembang pesat. Hal tersebut yang mengakibatkan terjadinya ledakan informasi dan masalah dalam mengelolanya.
Masyarakat dituntut untuk lebih memahami keragaman informasi, cara yang tepat dan mudah dalam mencari, serta mampu menggunakan berbagai perangkat sistem layanan informasi yang ada. Konsekuensi yang menyertainya yaitu setiap individu saat ini harus dapat menghadapi dan menguasai informasi dengan benar yang disebut kemampuan literasi informasi.
Eisenberg (2004), menjelaksan definisi literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali informasi yang dibutuhkan dan kemampuan seseorang untuk menemukan, mengevaluasi, serta menggunakan informasi yang dibutuhkannya secara efektif. Secara sederhana literasi informasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dari berbagai sumber (Wijetunge, 2005).
Realita yang terjadi saat ini di tengah masyarakat yaitu kemampuan seseorang untuk memperoleh dan memanfaatkan informasi sangat tergantung pada keterampilan atau kecakapan seseorang yang akan berbeda dengan yang lain. Selaras dengan pernyataan bahwa tidak semua orang dapat mengakses informasi secara akurat, terpercaya, berasal dari sumber dengan otoritas yang baik, kecuali orang tersebut secara akademis memiliki kemampuan dan kecakapan mencari informasi dengan baik (Potter, 2004).
Literasi informasi menjadi sangat penting karena akan menentukan kemampuan seseorang dalam mengolah informasi yang diperlukan untuk kepentingan hidup sehari-hari. Ketidakmampuan seseorang dalam literasi informasi akan menyebabkan kebuntuan dalam berpikir kritis dan cemerlang, karena tidak cukupnya informasi yang dimiliki dalam memutuskan permasalahannya sendiri.
Kehidupan masyarakat yang memiliki kemampuan literasi informasi sangat tergantung kepada kemampuan masyarakat dalam mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Adanya pengetahuan masyarakat yang tinggi dalam dunia informasi dan komunikasi akan memberikan kontribusi dan ikut andil di dalam membantu setiap individu dalam mengakses pengetahuan yang mereka butuhkan untuk memperbaiki kehidupan mereka sehari-hari.
Kerjasama dalam mewujudkan literasi informasi perlu dikembangkan dengan berbagai macam upaya, seperti halnya kerjasama antara pihak yang terkait agar tercapainya pemberdayaan masyarakat. Lebih lanjut adanya kerjasama yang baik akan menumbuhkan semangat masyarakat untuk saling berbagi dan memberikan informasi yang diperlukan bersama (Hawisher, 2004).
Penguasaan literasi informasi bagi lembaga perguruan tinggi menjadi kompetensi yang sangat penting tidak hanya bertujuan untuk menjadikan mahasiswa sebagai individu yang information literate, yang mampu menyelesaikan tugas-tugas akademisnya dengan baik, tetapi juga untuk membekali mereka dengan pemahaman yang mendalam tentang literasi informasi karena merekalah nantinya yang akan menularkan dan mengajarkan kompetensi ini ke lingkungan kerjanya.
Penguasaan literasi informasi pada dasarnya berbasis keterampilan (skills-based literacy). Keterampilan tersebut terdiri dari kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah-milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis (Webber dan Johnston, 2000).
Proses pembelajaran untuk menjadi melek informasi atau information literate diintegrasikan dengan proses pembelajaran. Pada dunia pendidikan tinggi program literasi informasi kemudian dikaitkan dengan konsep belajar learning how to learn yaitu belajar bagaimana cara untuk belajar (Kapitzke, 2003).
Pengertian belajar bagaimana cara untuk belajar yaitu mengajarkan cara belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi (metode inquiry) dan cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam.
Berikut contoh upaya mengembangkan kompetensi literasi informasi pada mahasiswa yang dilakukan oleh program studi Psikologi UP45 antara lain yaitu:
1.Kemampuan untuk menganalisis suatu permasalahan dan mencari alternatif solusinya. Hal ini sudah dipersiapkan semenjak sekarang yaitu dengan kegiatan Literasi Psikologi. Setiap akan dimulai perkuliahan, maka mahasiswa diminta membaca, membahas, dan mencari solusi bagi suatu kasus yang ada di koran (kliping). Kegiatan dilakukan sekitar 15 menit sebelum kuliah dimulai.
2.Kemampuan untuk berperilaku bertanggung jawab dengan teknologi informasi. Hal itu sudah dipersiapkan semenjak sekarang yaitu mahasiswa diminta mempublikasikan semua tugas perkuliahannya di majalah daring Move On Psikologi UP45. Oleh karena berupa tugas, maka mahasiswa berusaha untuk mengerjakan tugas itu dengan sebaik-baiknya.
3. Kelas literasi yaitu kelas yang diadakan oleh Prodi Psikologi UP45 yang bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam bidang menulis. Kelas ini tanpa beban SKS, sehingga pesertanya selalu berganti-ganti. Ini merupakan kegiatan antar dosen, mahasiswa, alumni, dan masyarakat luas. Hasil yang dibanggakan dari kelas literasi ini yaitu:
a). Kemampuan mahasiswa untuk menembus koran lokal secara rutin.
b). Majalah online KUPASIANA yang secara rutin mengulas berbagai kegiatan di Prodi Psikologi UP45.
c). Majalah online Moveon yang juga secara rutin menampung resensi artikel psikologi.
Adapun contoh upaya kerjasama dengan berbagai instansi dalam mewujudkan literasi informasi yang dilakukan oleh program studi Psikologi UP45, antara lain yaitu:
- Mahasiswa diminta membuat kesepakatan tertulis dengan suatu lembaga / komunitas. Kesepakatan itu untuk memastikan bahwa mahasiswa akan selalu membuat kegiatan inspiratif bagi masyarakat secara teratur dalam jangka waktu tertentu. Kesepakatan itu bisa diperoleh dengan mudah bila mahasiswa terampil dalam menjaga hubungan interpersonal.
2. Diskusi Forum Dialog dilakukan di RRI Yogyakarta secara rutin. Pada Forum tersebut berbagai nara sumber diundang untuk mendiskusikan tentang peristiwa-peristiwa aktual di Yogyakarta berdasarkan ilmu yang dikuasainya. Penyelenggaranya adalah RRI Yogyakarta dan Prodi Psikologi UP45. Acara ini bersifat interaktif sehingga pendengar juga ikut memberikan komentar. Acara ini dilakukan secara rutin sekali dalam seminggu. Ini adalah kegiatan antar mahasiswa, dosen, dan masyarakat.
3.Diskusi Pelita Keluarga dilakukan di Radio EMC Yogyakarta secara rutin. Pada acara tersebut berbagai nara sumber diundang untuk mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi keluarga-keluarga karena adanya berbagai situasi dalam masyarakat. Penyelenggara acara adalah Radio EMC Yogyakarta dan Prodi Psikologi UP45. Acara ini bersifat interaktif sehingga pendengar juga ikut memberikan komentar.
4.Literasi Psikologi. Mahasiswa Psikologi UP45 secara rutin membuat kliping tentang berbagai masalah aktual di masyarakat dan kemudian menempelkan kliping tersebut pada majalah dinding yang dikelola oleh lembaga yang dikelola masyarakat. Tujuannya adalah memberikan inspirasi kepada masyarakat yang tidak mampu berlengganan koran nasional.
(Oleh: Fx. Wahyu Widiantoro)
Perpustakaan Lainnya
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY mengadakan Bedah buku yang dilaksanakan di Balai Desa Jatimulyo, Kec.Dlingo. Bantul...
Pada hari selasa 3 Mei 2016 Grhatama Pustaka mendapatkankunjungan dari SD IT Salsabila 4 Jetis Bantul Yogyakarta. Disambut oleh...
Pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016 Grhatama Pusataka mendapatkan kunjungan dari SMK Muhammadiyah 1 Tempel Sleman. Siswa-siswi...
Pada hari kamis tanggal 25 Februari 2016 Grhatama pustakamenerima kunjungan dari staff Kemenpan RI. Dalam kesempatan itu...