Yogyakarta dan Arsip

Dilihat dari peran dan aspek sejarah kota Yogyakarta, tidak dapat dipungkiri bahwa Yogyakarta senantiasa tercatat sebagai kota yang memiliki peran sejarah dalam menegakkan Republik Indonesia. Hal tersebut terekam dalam arsip maupun dokumen lain yang tercipta pada jamannya.

Demikian halnya dengan predikat Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Pendidikan sangat kental dengan nuansa intelektual. Dalam konteks kekinian nuansa intelektual terukur dari kemampuan olah pikir yang dipengaruhi oleh penguasaan informasi. Pemanfaatan sumber informasi menjadi tolok ukur dari kadar intelektualitas suatu masyarakat. Sebagai sumber informasi, arsip mestinya menjadi alternatif masyarakat intelektual dalam memperoleh informasi. Perlu disadari bahwa predikat Kota Pendidikan tidak semata-mata diukur dari jumlah perguruan tinggi, lembaga pendidikan lain, atau jumlah mahasiswa semata.

Mempertahankan predikat Kota Budaya dan Pendidikan tidak cukup dengan memperbanyak lembaga pendidikan, apalagi sekedar slogan, atau rumah budaya. Lebih dari itu harus diciptakan iklim yang mampu mendorong masyarakat agar berpola pikir ilmiah, cerdas, jujur, dan inovatif, serta mampu menguasai dan melahirkan karya-karya intelektual yang monumental. Sejarah mencatat, karya-karya intelektual memiliki kekuatan untuk menembus dimensi ruang dan waktu, serta memiliki kekuatan untuk lahirnya perubahan nilai. Athena dan Sparta, dua kota di Yunani, merupakan bukti abadi hal ini. Athena merupakan sebuah kota yang tumbuh dengan bertumpu pada kemampuan intelektual telah melahirkan karya-karya yang tidak sekedar monumental tetapi menjadi ruh bagi peradaban manusia selanjutnya. Sedangkan Sparta yang lebih bertumpu pada kekuatan otot dan kekuatan militer, hanya menjadi monumen bagi peradaban manusia masa silam.