OLEH-OLEH DARI JEPANG
Suatu pengalaman ketika ditugaskanke Kyoto Jepang selama seminggu
Oleh :AlipSudardjo
BAGIAN KEEMPAT
Perpustakaan di Kyoto
Pada kunjungan beberapa kampus di Jepang kami senantiasa melihat kondisi perpustakaannya untuk mengetahui seberapa besar perhatian pihak pengelola kampus terhadap fasilitas Perpustakaan yang dikelolanya. Pada umumnya tidak jauh berbeda antara Perpustakaan kampus-kampus di Kyoto dengan Perpustakaan perguruan tinggi yang ada di Indonesia, suasana tenang, nyaman dan koleksinya relative lengkap dan ditunjang dengan Teknologi Informasi yang memadai. Pada saat kami berkunjung ke Jepang baru saja terjadi bencana yang menyebabkan instalasi jaringan listrik bertenaga nuklir yang cukup besar terhantam Tsunami maka pasokan listrik di beberapa daerah menjadi terganggu, sebagai konsekuensinya semua kantor termasuk kampus dihimbau untuk menghemat penggunaan listrik tak terkecuali kampus-kampus, oleh karena itu ruangan yang banyak menggunakan listrik seperti ruangan ber AC dan sebagainya kalau tidak diperlukan listrik dipadamkan, orang Jepang disiplin dengan himbauan tersebut. Satu per satu kami amati ruangan-ruangan Perpustakaan tersebut, mulai dari layanan di front office tak jauh berbeda dengan Perpustakaan kita, ruang layanan hanya dijaga oleh sedikit petugas untuk memberikan layanan kepada pemustaka dalam suasana yang tenang dan nyaman, kemudian kami melangkah ke ruang baca umumnya ruang baca terbagi minimal 2 (dua) kategori yaitu ruang baca individual yang memerlukan ketenangan untuk masyarakat yang memang membutuhkan suasana tenang dilengkapi dengan bangku yang tersekat setinggi orang duduk sehingga antar pemustaka bisa konsentrasi atau focus pada buku yang mereka baca. Sebagaimana kondisi di Indonesia ataupun di Yogyakarta bahwa koleksi pustaka umumnya ditulis dalam huruf Jepang, tidak begitu banyak buku-buku dalam bahasa asing kecuali untuk Perpustakaan pada fakultas bahasa. Kategori berikutnya adalah ruang baca terbuka, ruang ini terbagi 2 (dua) yaitu bangku-bangku untuk meletakkan buku yang sedang dipinjam dan ruang untuk akses internet secata umum. Selanjutkan kami menuju pada ruang deposit , sebagaimana penataan ruangan deposit juga tidak jauh berbeda dengan Perpustakaan-perpustakaan kita namun ada yang menarik dari koleksi deposit di salah satu perguruan tinggi di Kyoto yaitu surat dari presiden Abraham Lincoln kalau tidak salah tersimpan rapi di salah satu sudut ruangan ditempatkan di almari kaca.
Lain di Indonesia lain pula di Jepang, pengunjung Perpustakaan atau pemustaka di Indonesia ada ketentuan harus rapi apalagi Perpustakaan perguruan tinggi, maka pemandangan yang layak kita lihat adalah para pemustaka selalu menggunajan celana panjang, baju atau kaos yang yang ada krahnya serta bersepatu. Di beberapa tempat apabila tidak mengenakan ketentuan tersebut tidak diperkenankan untuk masuk, sedang di Jepang pengunjung Perpustakaan atau pemustaka/mahasiswa dalam pakaian Nampak sangat santai sekali, menggunakan kaos, celana pendek bahkan juga mengenakan sandal.
Penataan buku-buku koleksi nampaknya juga tidak jauh berbeda di Indonesia, buku ditata berdasarkan subyeknya, namun karena menggunakan huruf Jepang kami tidak begitu tahu artinya. Orang Jepang tingkat kepercayaan dirinya cukup kuat dan tidak mudah bergantung kepada Negara lain, oleh karena itu naskah-naskahpun banyak yang menggunakan huruf dan bahasa mereka sendiri, konon buku-buku dari luar negeri diterjemahkan ke dalam bahasa mereka kemudian diterbitkan untuk koleksi Perpustakaan. Jepang memang lebih banyak eksport dibandingkan importnya, terutama untuk barang elektronik, manufaktur dan barang-barang pabrikan lainnya. Income per capita mereka cukup tinggi dan devisa Negara juga tinggi.
Sebagaimana menjadi budaya di Jepang bahwa segala sesuatu tampak bersih, rapi, teratur dan nyaman, maka suasana di Perpustakaan sekalipun pengunjungnya bebas berpakaian tetapi suasana tetap tenang, nyaman dan mereka focus pada kegiatan membaca maupun akses pengetahuan lewat internet.
Opini Lainnya
Indonesia Has Strongly Condemned Israel by. Hendrikus Franz Josef, M.Si (International Relations Observer, CEO The Hendrikus...
Saat ini Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY (BPAD) memiliki lokasi layanan yang tersebar di enam lokasi di...
Neural Computer, Processor of Human Brain Neurons by: Hendrikus Franz Josef, M.Si\ (International Relations Observer, CEO The...
Kata Birokrasi, berkonotasi negatif di mata masyarakat. Hal ini terkait dengan kesan berbelit-belitnya suatu urusan, hingga muncul...