OLEH-OLEH DARI JEPANG
Suatu pengalaman ketika ditugaskanke Kyoto Jepang selama seminggu
Oleh :AlipSudardjo
BAGIAN KETIGA
Kunjungan dari kampus ke kampus di Kyoto
Program kunjungan ke Kyoto Jepang adalah tindak lanjut kerjasama Yogya – Kyoto yang telah berjalan lebih kurang 25 (dua puluh lima) tahun, namun selama ini kerjasamanya lebih pada aspek budaya, oleh karena itu Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta berharap kerjasamanya ditingkatkan ke aspek pendidikan. Maka sebagai langkah awal mengutus delegasi kampus dibawah koordinasi Kopertis untuk penjajagan kerjasama dengan kampus-kampus di Kyoto Jepang. Kota Kyoto memang ada memiripan dengan kota Yogyakarta pada beberapa hal, seperti budaya, pendidikan dan juga sebagai destinasi wisata. Kami berkesempatan mengunjungi beberapa kampus dengan berbagai fakultas yang ada kaitannya dengan pengembangan kerjasama di beberapa kampus di Yogyakarta. Sebelumnya kami diterima di kantor gubernur Kyoto sebagai “kulo nuwun” masuk kota Kyoto, kesan pertama saya ketika menginjakkan kaki di kantor gunernur agak kagum dengan penataan kantor dan taman yang begitu asri. Setelah bus diparkir kami diarahkan masuk ke ruang pertemuan, lebih kagum lagi ketika melalui ruang kerja para karyawan mereka berdiri kemudian member hormat dengan membungkukkan badan, bagai sebuah penghormatan kepada tamu agung. Kemudian kami serombongan saling berpandangan penuh arti yang intinya adalah luar bisa orang Jepang menghargai para tamunya, kemudian kami dipersilahkan masuk ke ruang pertemuan dengan sudah disediakan tempat duduk sesuai namanya sekali lagi saya kaget bahwa dudukpun sudah diatur sedemikian rupa rapinya serta di meja tersebut sudah tersaji snack dan minuman. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan yang dimulai tepat waktu, nampaknya setelah kami mengunjungi beberapa kampus bahwa pertemuan resmi itu terstandar yaitu dari aspek waktu pertemuan selalu dimulai tepat waktu “on time” suatu ketika kami daing lebih awal di satu kampus tetap disuruh menunggu sampai waktu yang telah ditentukan, sebelumnya mereka belum mau menemui apalagi membuka acara. Setelah mulai mereka dan kami menempati tempat yang sudah disediakan dan mengucapkan selamat datang lalu dibalas oleh rombongan kami terus dilanjutkan dialog kemudian dilanjutkan saling member cindera mata dan kartu nama. Dalam pertemuan umumnya mereka sangat serius tak ada gurauan, hanya beberapa saja yang mampu berbahasa inggris oleh karena itu beberapa kampus yang kami datangi biasanya menyediakan translatetor untuk menterjemahkan bahasa, sedangkan rombongan kami menggunakan bahasa inggris semua karena mereka para rector yang rata-rata berpendidikan dari luar negeri dan ada satu orang dari rombongan kami yang mampu berbahasa Jepang dengan baik karena pernah mengambil S3 di Jepang, maka mereka difungsikan juga sebagai penterjemah ketika rombongan tidak tahu maksud apa yang diucapkan tuan rumah dengan menggunakan bahasa Jepang.
Demikian suasana pertemuan selalu diagendakan tukar menukar kartu nama kepada semua peserta.
Setiap meja dalam suatu pertemuan tentu sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan nama yang tercantum, sehingga kita tidak bisa sembarang duduk di belakang sebagaimana kebiasaan di Indonesia, kemudian merokok dan sebagainya karena disana kunjungan ditanggapi terasa serius. Gambar di bawah ini menunjukkan meja yang telah diatur untuk para tamu.
Suasana kampus di seantero Kyoto yang saya temui umumnya nyaman, bersih dan rapi.
Pada satu kesempatan kami mengunjungi kampus yang berfungsi melestarikan budaya Jepang, kampus tersebut mempunyai program studi bahasa dan seni. Kampus tersebut terletak di lereng perbukitan yang banyak dihuni oleh burung gagak dan menyatu dengan semacam biara, bangunannya sudah berusia ratusan tahun namun masih nampak terawat, asri dan rapi. Dalam kesempatan tersebut kami dijamu minum teh ala Jepang , ternyata tradisi minum teh memiliki tatacara yang khas dan penuh makna yaitu dengan duduk bersimpuh dan kemudian cangkirnya diputar barulah diminum secara bersama-sama sebagaimana gambar dibawah ini.
Kami juga sempat mengunjungi pusat pelatihan beladiri di suatu kampus.
Opini Lainnya
Pustakawan sebagai individu memiliki potensi diri yang dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan diri ini dapat terlaksana...
“Semua yang hidup akan binasa, menembus kodrat alam menuju keabadian .......” Ungkapan filosofis Shakespeare tersebut dalam...
Tentu saja bukan sekedar mensejajarkan nama dua kota yang berada di dua negara. Bukan juga untuk membanding-bandingkan secara...
AUKUS Makes ASEAN a Battlefield with China by. Hendrikus Franz Josef, M.Si, (International Relations Observer, CEO The...