Ebook Wayang Cina-Jawa, Koleksi IndonesiaHeritage
Pada 1920, Gan Thwan Sing, seorang seniman Tionghoa peranakan yang tinggal di Yogyakarta menghubungi Oey See Toan, seorang pedagang kaya, untuk membiayai proyek keseniannya. Oey See Toan yang tertarik dengan kesenian terutama pertunjukan tradisional bersedia menjadi sponsor. Proyek itu ialah pembuatan wayang kulit Cina-Jawa, atau merujuk pada Museum Sonobudoyo Yogyakarta, disingkat menjadi Wacinwa.
Beberapa penulis menyebut Wacinwa sebagai wayang thithi. Namun, sebutan wayang thithi yang berasal dari bunyi alat musik kepyak juga mengacu pada penyebutan wayang Potehi. Maka perlu kajian lebih lanjut terhadap istilah wayang thithi ini. Wacinwa tentu berbeda dengan wayang Potehi yang dibawa dari Tiongkok. Wacinwa dibuat dengan memadukan kebudayaan Jawa dan Tiongkok. Lakonnya berasal dari cerita rakyat Tiongkok namun pertunjukannya memakai bentuk dan tata cara pagelaran wayang kulit Jawa.
Corak Wacinwa pada bagian wajah hingga tata busana mengikuti wujud tokoh-tokoh cerita rakyat Tiongkok. Namun, beberapa hiasan, posisi tubuh dan detail lainnya ada yang menyerupai wayang kulit Jawa. Kehadiran wayang Cina - Jawa pada dasawarsa kedua abad sekarang ini, merupakan salah satu fakta dalam lembaran sejarah budaya, bahwa proses pembauran kultural di bidang kesenian, dapat berlangsung dengan serasi. Ebook ini dapat diakses melalui e-resiurces Perpustakaan
Perpustakaan Lainnya
Dinas perpustakaan dan Arsip Daerah DIY bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pada tahun 2020 kembali menyelenggarakan...
KUNCI UTAMA BAHAGIA BERSAMA AYAH DAN BUNDA Kamis, 29 April 2021 Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah bekerjasama dengan Komisi D...
Perpustakaan merupakan sebuah lembaga atau intitusi sosial yang dikelola secara profesional. Pengelolaan secara profesional...
Pada hari ini, Jum’at, tanggal 11 Mei 2018, Tim Juri yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Perpustakaan dan...